top of page
chapter 7.png

ID

Chapter 7: Feind

“Mencoba melindungi orang lain, tapi tak mampu melindungi yang paling berharga. Lucu sekali rasanya, sampai aku ingin menangis.”

Special thanks to Hendri Wijaya for the support! Support us at http://trakteer.id/genoranger-id

Satu jam sebelumnya…

 

Alvin, Winnie, Petra, Grace, dan Sid telah berhasil kabur dari pasukan Androsaur yang menyerang mereka. Winnie bersandar ke dinding, nafasnya terengah-engah.

 

“Aku khawatir dengan Sir Owen,” kata Winnie.

 

“Bagaimana dengan dua bocah itu, Eric dan Dan?” tanya Sid.

 

“Dan ga jawab panggilan gua,” kata Alvin kesal, “Berengsek, waktu lagi begini dia malah ga respon.”

 

“Bagaimana dengan orang-orang kota?” tanya Grace.

 

“Woi, Pet, lu ada saran ga?”

 

“Kita harus berpencar,” usul Petra, “Satu dari kita mencari Dan, satu lagi menjemput Sir Owen, satu lagi mencari Eric. Sisanya harus membantu evakuasi.”

 

“Kalo gitu, biar gua yang urus Sir Owen,” kata Alvin, “Grace, lu cari Eric, dia pasti ke rumahnya. Pak tua, lu cari Dan, tolong. Petra, Winnie, urus orang-orang yang mencoba evakuasi. Kalo bisa, jangan sampai kalian semua ngeluarin Stahlsaurer.”

 

Mereka lalu berpencar ke empat arah.

 

“Gua ga tau kalau mereka sadar, tapi gua ga asal bagi kelompok. Gua ga bisa jelasin secara teknis, gua ga sepinter Petra ato Eric, tapi kalo diibaratin game, setiap Genoranger punya spesifikasi tersendiri. Spesifikasi gua hampir sama kaya Sid, bisa nyerang bisa bertahan. Jadi kalo kita gerak sendiri kita ga bakal begitu kerepotan.”

 

Hal ini berlaku untuk setiap Genoranger. Winnie dan Petra, spesifikasi mereka bertolak belakang dan tidak sebesar anggota lainnya, sehingga mereka dapat difungsikan untuk tugas selain bertarung, seperti membantu evakuasi warga kota. Grace yang spesifikasinya murni kecepatan tidak bisa bertarung sendirian tanpa risiko besar menerima satu serangan fatal, Alvin perintahkan untuk menyusul Eric. Walaupun spesifikasi Dan dan Eric berada di area yang sama, memerintahkan Grace untuk mencari Dan tanpa mengetahui posisinya sama saja menyuruhnya untuk mati.

 

Pilihan terbaiknya adalah Eric. Dalam hatinya, dia berharap untuk keselamatan Dan dan Eric.

 

Sementara Eric masih terdiam di rumahnya, tergeming melihat Androsaur Gastornis memangsa ibunya. Di dalam tubuhnya banyak emosi berkecamuk, masing-masing ingin menguasai kepala Eric. Tetapi ketika Eric melihat mata ibunya, sesuatu di dalamnya bangkit: kemarahan. Emosi itu dengan cepat menguasainya dan meluap, membutakan mata, menghancurkan hatinya. Genophone dan DNA Key miliknya seakan merespon ledakan emosi itu dan dengan sendirinya bergerak, Eric pun berubah menjadi Tyrannorot.

 

Eric melolong, dalam satu gerakan menendang Gastornis. Tendangan itu adalah tendangan terkuat yang pernah Eric lepaskan. Gastornis terlempar keluar, menembus tiga dinding batu bata.

 

Androsaur pada dasarnya sama seperti hewan, mereka tidak memiliki akal, mengandalkan insting mereka untuk berburu dan bergerak. Insting Gastornis saat ini mengatakan bahwa dia harus kabur dari Eric secepat mungkin.

 

Grace mendengar suara benturan keras dan menghampiri sumbernya. Dia berbelok dan melihat Eric dengan tangan kosong menghajar semua Androsaur yang ada di sekitarnya. Grace mendekati Eric dan mencoba menahannya.

 

“Eric, jangan! Kita tidak bisa bertarung di dalam kota sekarang!” hardik Grace.

 

Eric tidak mendengarkannya, dia malah menendang Grace menjauh, lalu melanjutkan niatnya untuk membuat sebanyak mungkin Androsaur menderita.

 

Grace lalu bangkit dari serangan Eric, lalu menghubungi teman-temannya melalui Genophone bahwa dia telah menemukan Eric. Tetapi Eric sedang kalap dan dia butuh bantuan mereka untuk menghentikannya.

 

“Ok, kita ke sana,” kata Petra yang sedang membantu orang-orang memasuki bunker.

 

“Jangan, mata empat,” kata Alvin, “Lu focus aja bantuin evakuasi. Biar gua yang ke sana.”

 

“Sir Owen bagaimana?” tanya Winnie.

 

“Sir Owen udah sama gua, lagi nyetir dia,” balas Alvin.

 

Beberapa waktu kemudian, sebuah mobil jip mengebut mendekati Grace dan berhenti. Alvin pun keluar, masih dalam wujud Triceraschwarz. Dia lalu menangkap Eric dari belakang.

 

“Hentikan, bocah!” kata Alvin yang menahan kepala dan leher Eric dengan tangannya.

 

“LEPASKAN!” kata Eric, meronta-ronta dengan sikunya menghajar Alvin.

 

“Percuma saja, Eric,” pikir Sir Owen, “Alvin sudah menghambat aliran darah ke otakmu. Suplai oksigen ke otakmu akan terputus dalam tujuh detik, dan kamu akan kehilangan kesadaran, tidak peduli sekuat apapun perlindungan dari baju Genoranger.”

 

Benar saja, Eric pun terkulai lemas dan pingsan, transformasinya selesai. Alvin lalu membopong Eric masuk ke dalam kursi belakang mobil, dan mereka berempat pun langsung pergi. Alvin dan Grace lalu kembali ke wujud normal mereka.

 

“Kita ke mana?” tanya Grace.

 

“Menjemput Petra dan Winnie,” jawab Sir Owen, “Lalu kita pikirkan cara untuk membalikkan keadaan.”

 

“Hentikan mobilnya,” kata Eric.

 

“Eric, kamu sudah sadar?” tanya Sir Owen.

 

“Hentikan mobilnya,” ulang Eric.

 

“Eric…,” panggil Sir Owen, “Tadi itu dekat rumahmu, bukan? Ibumu…”

 

“Sudah meninggal,” balas Eric, “Seekor Androsaur membunuhnya.”

 

Mereka yang ada di sana menundukkan kepala mereka, Eric lalu berkata, “Ibu tidak pernah tahu kalau aku ini seorang Genoranger. Lucu sekali, aku menjadi seorang Genoranger karena aku ingin menjadi pahlawan. Tapi aku bahkan tidak bisa melindungi ibuku sendiri, satu-satunya keluargaku yang tersisa.” Air matanya tumpah ketika dia memaksakan tawa. “Mencoba melindungi orang lain, tapi tak mampu melindungi yang paling berharga. Lucu sekali rasanya, sampai aku ingin menangis.”

 

Semua orang yang ada di situ mengerti perasaan Eric saat ini. Terlalu mengerti…

 

“Istirahatlah, Eric,” kata Sir Owen, “Tenang saja, kamu punya kita semua.”

 

“Cih,” kata Alvin, “Oi, bocah, gua ga suka bikin janji yang gua ga yakin bisa gua tepatin, tapi gua kasih tau lu, gua ga bakal kemana-mana.”

 

Setelah mereka menjemput Winnie dan Petra, mereka pun meluncur ke daerah kota tua dia timur laut Natales. Sir Owen menentang keras usul untuk masuk ke dalam bunker, karena akan sulit bagi mereka untuk keluar tanpa diketahui orang-orang dan pastinya menimbulkan kecurigaan. Mereka akhirnya masuk ke dalam rumah kosong yang tidak terkunci, memasak makan malam mereka pada pukul dua belas malam lewat. Eric sendiri sudah tertidur.

 

“Kalian sudah bisa menghubungi mereka berempat?” tanya Sir Owen.

 

“Tidak Pak, mereka tidak menjawab panggilan mereka sama sekali,” jawab Alvin.

 

“Kita harus mencari mereka secepatnya!” Winnie menyarankan.

 

“Akan berbahaya kalau kita mencari secara sembarangan,” kata Petra, “Sebaiknya kita gunakan drone untuk mencari mereka.”

 

“Berarti kita harus kembali ke markas,” kata Grace.

 

“Lu yakin markas masih aman?” tanya Alvin.

 

“Androsaur tidak akan menyerang bangunan yang tidak ada orangnya,” kata Sir Owen, “Listrik memang padam, tapi bapak sudah menyiapkan generator cadangan dan panel surya untuk memastikan server tetap aktif. Untuk sementara, sebaiknya kalian beristirahat. Biarkan bapak yang berjaga.”

 

******

 

Eric bangun pagi sekali hari itu. Sir Owen tertidur duduk di sofa, memangku sebuah buku di pahanya. Eric dengan berhati-hati berjalan keluar pintu, lalu pergi kembali ke arah rumahnya. Dia tidak akan beristirahat sampai Androsaur yang membunuh ibunya mati. Dia keluar dari rumahnya, dan berjalan tanpa tujuan. Dia melihat Andorsaur Gastornis berjalan di area sekitar sekolah.

 

Eric berubah wujud menjadi Tyrannorot. Gastornis merasakan aura Eric dan sekali lagi instingnya mengatakan untuk kabur dari Eric. Eric mengeluarkan Rexcalibur dan menyerang Gastornis.

 

Sesuatu berwarna keperakan melesat dan menahan serangan Eric dengan pedang. Sosok itu lalu menghantam perisainya ke Eric, melemparnya menjauh.

 

Eric melihat sosok itu, seorang Genoranger perak, tetapi banyak sekali hal yang berbeda dari Genoranger itu dari Genoranger umumnya. Dia memakai jubah, badannya dipenuhi zirah.

 

Eric menyiapkan diri dan maju untuk mengejar Androsaur itu, tetapi Genoranger perak itu menghalanginya lagi. Genoranger perak itu menusuk, Eric menghindar.

Satu kali, dua kali, tiga kali. Eric lalu menyerang, Genoranger perak itu bertahan dengan perisainya.

 

“Siapa kau!?” tanya Eric.

 

“Bukan urusanmu,” kata Genoranger perak itu.

 

Genoranger perak itu mendorong Eric dengan perisainya, lalu menebas. Eric menahan serangan itu lalu membalas dengan cepat. Serangan Eric masuk, tetapi tidak berdampak sama sekali.

 

“Intinya, aku harus mengalahkanmu kalau aku ingin membunuh Androsaur itu kan?” tanya Eric.

 

“Kamu akan melihat… Seberapa jauhnya kekuatan kita,” kata Genoranger perak itu.

 

Eric bersiaga, sama sekali tidak berkedip. Genoranger perak itu ada di dep-

 

Eric merasakan sesuatu yang hangat di dadanya. Transformasinya terhenti, luka tebasan pedang terbuka dari pinggang kanan ke bahu kirinya, darah mengalir keluar. Eric terjatuh.

 

Genoranger perak itu mendekatinya, tetapi dia kabur ketika ada suara sirine yang mendekat.

 

Beberapa saat sebelum Eric bertemu dengan Gastornis, Grace terbangun dan membangunkan semua ketika dia mendapati bahwa Eric sudah pergi. Alvin pun menyuruh Grace berubah menjadi Velocigelb dan mengejar Eric. Dia bahkan tidak tahu di mana Eric, tetapi tempat pertama yang terpikirkan olehnya adalah rumah Eric.

 

Tidak ada siapa-siapa di sana, hanya ada gundukan tanah dengan salib yang diikat kain, sebuah makam yang baru saja dibuat. Eric kembali untuk mengubur ibunya. Grace lalu dengan cepat mengitari semua daerah di sekitar rumah Eric, sampai dia tiba di dekat sekolah. Ada bekas pertarungan di sekitar sini, aspal yang hancur akibat tebasan pedang, darah segar membasahi jalanan berlubang, dan sebuah jam tangan. Grace menghentikan transformasinya dan memungut jam tangan itu.

 

“Ini jam tangan Eric,” pikir Grace, “Jamnya terhenti pada pukul 11:20. Tapi sekarang masih jam setengah sebelas…”

 

Grace menarik kesimpulan dan menghubungi Alvin melalui Genophone.

 

“Alvin, Eric dibawa oleh polisi,” kata Grace.

 

“Oi, jangan bercanda! Emangnya lu liat!?”

 

“Jam tangannya terhenti pada 11:20. 112, nomor darurat untuk polisi. Sir Owen, apa yang sebaiknya kita lakukan?”

 

“Sebaiknya kita kembali ke markas dan memikirkan cara untuk membalikkan keadaan,” kata Sir Owen.

 

Mereka pun masuk ke dalam mobil dan pergi ke markas. Sesampainya di sana, mereka dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang dibalut perban duduk di sofa.

 

“Sid!?”

 

“Halo semuanya,” panggil Sid.

 

“Kenapa lu ga ngejawab panggilan gua!? Kok lu bisa ada di sini!?” desak Alvin, “Bentar, kok lu bisa luka-luka kaya gini!?”

 

“Pak Sid, apakah bapak menemukan Dan?” tanya Winnie.

 

Sid mengeluarkan sebuah jam tangan yang sudah berlumuran darah. Mereka, terutama Winnie, mengenal jam tangan itu.

 

Sir Owen bertanya, “Apakah Dan…”

 

“Mati.”

 

Ketidakpercayaan melanda mereka yang mendengar. Mata Alvin terbelakak, Grace menggigit bibirnya, Petra pun ikut sedih, meskipun dia tidak terlalu suka dengan Dan.

 

“Dan…,” kata Winnie lirih, air matanya jatuh.

 

“Jen dan Judd membunuhnya,” kata Sid.

 

“Kamu… Bicara apa?” tanya Petra.

 

“Mereka berdua membunuh Dan, juga merebut Genophone dan DNA Key milikku. Dan… Dan melihat mereka melakukan sesuatu dan mengejar mereka. Apapun itu pasti bukan sesuatu yang baik, mereka pun lalu membungkam dia. Judd lalu mengeluarkan Stahlsaurer miliknya untuk memakan tubuh Dan.

 

“Itu yang mereka ceritakan sebelum menyerangku. Jen berhasil melucuti Genophone dan DNA Key milikku sebelum Judd menyerangku. Beruntung aku berhasil kabur dengan memasuki hutan kota. Sebelum aku pingsan, aku melihat sesuatu menghampiriku… Seorang Genoranger perak.

 

“Aku lalu terbangun di sini dalam keadaan sudah diobati.”

 

“Genoranger perak?” tanya Grace.

 

“Iya, apakah ada dari kalian yang mengenal dia?” tanya Sid.

 

“Tidak, aku tidak pernah mendengar tentang Genoranger perak,” kata Petra yang mengusap air matanya.

 

“Gua ga pernah. Sir Owen, bapak pernah mendengar itu?” tanya Alvin.

 

Sir Owen tidak menjawab, wajahnya tegang. Alvin harus memanggilnya berkali-kali sampai dia menjawab tidak. Apapun yang terjadi, tidak ada yang boleh tahu tentang Genoranger perak itu, setidaknya sampai saatnya tiba. Memberitahu sedikit pun tentang Genoranger perak itu akan melukai tim ini.

 

“Maaf, bapak… Bapak tidak percaya kalau ini terjadi,” kata Sir Owen, “Kita kehilangan banyak hari ini, akan sulit untuk menyelamatkan Natales hanya dengan lima orang Genoranger. Pertama, kita harus mencari cara untuk menyelamatkan Eric. Saurierkaiser adalah kunci kita bila kita ingin menang.

 

“Aku tahu bahwa kalian masih sedih atas Dan, tapi kita punya hal-hal untuk dilakukan.”

 

“Sir Owen benar,” kata Petra.

 

Alvin terdiam, dia hanya mematung. Grace mengangguk. Winnie mengusap air matanya dan mengangguk.

 

Sementara itu di sebuah rumah, Jen dan Judd bersembunyi. Wajah Judd tampak tenang, sementara Jen duduk gemetar sambil menatap tangannya sendiri.

 

******

© 2020 by Genoranger id

  • Grey Instagram Icon
  • Grey Facebook Icon
bottom of page