
ID
Chapter 5: Freunde
“Kekuatan itu tidak memilih, Eric. Ambil senjata api sebagai contohnya, senjata itu akan menjadi pelindung ataupun penghancur tergantung siapa yang memakainya. Baik buruknya sebuah kekuatan itu tergantung mereka yang memakainya.”
Support us at http://trakteer.id/genoranger-id
Di sebuah ruangan gelap, seorang lelaki di depan komputer mengulang rekaman ketika lima Stahlsaurer bergabung menjadi Saurierkaiser. Lelaki itu terusik dengan kemunculan robot raksasa tersebut, tetapi dia juga agak tertarik.
​
“Aku tidak menyangka mereka bisa berkembang sejauh ini,” Katanya sambil berdiri membelakangi layar.
​
“Rencana kita akan berantakan kalau mereka dibiarkan, bagaimana menurutmu?” tanya seseorang yang ada di sampingnya.
“Kita harus melakukan sesuatu,” kata lelaki tersebut.
Lelaki itu lalu keluar dari ruangan tersebut, sebuah simbol terpampang di layar komputer yang ditinggalkannya, di bawahnya tertulis “Genesis Inc”.
Dua minggu setelah Petra memilih untuk menjadi Genoranger, dia masih menyempatkan dirinya untuk mengurus sistem komputernya. Tugas-tugas yang dia lakukan kini sudah diberikan kepada A.I. yang dia buat, yang bisa dengan mudah digunakan bahkan oleh Sir Owen. Anehnya, Sid sering kali datang ke markas hanya untuk sekadar berkumpul. Hari ini dia datang dan menyalakan TV, menonton pertarungan tinju bersama Dan dan Alvin.
“Ngomong-ngomong, di mana Owen?” tanya Sid.
“Sir Owen lagi pergi ga tau ke mana,” kata Alvin.
Eric mengangkat kepalanya lalu berkata, “Kalian sadar, tidak? Semenjak Kak Petra menjadi Genoranger, Sir Owen seakan-akan menjauhi kita.”
Petra terlihat menutup mulutnya dan menolak menatap Eric.
“Sir Owen mungkin ada pekerjaan,” kata Grace.
“Iya tapi apa kerjaannya?” tanya Alvin, “Dia ilang mulu waktu ada Androsaur kan?”
“Sudahlah, tidak usah dipikirkan,” kata Winnie, “Ayo, lupakan itu dan lanjutkan permainan kita. Giliranmu, Grace.”
“Baiklah,” Grace mengambil dadunya, tetapi Genophone mereka semua berbunyi.
“Satu di luar pagar,” kata Petra.
“Cih, lagi seru padahal,” keluh Sid yang mematikan TV.
“Eh, memangnya kita bisa keluar pagar?” tanya Winnie.
“Kita bisa nyelam ke bawah kali, lewat gorong-gorong juga bisa,” jawab Alvin.
Mereka memutuskan untuk berubah dan menyelam melewati sungai karena lebih dekat. Anehnya begitu mereka sampai di sana, tidak ada Androsaur yang terlihat. Dan mengambil Genophonenya, sinyal dari Androsaur itu sudah hilang.
“Lah, sudah tidak ada,” kata Dan.
“Woi, kita ga salah kan?” tanya Alvin.
“Apakah ada kesalahan dari Genophone?” tanya Winnie.
Mereka semua kebingungan, Petra pun berkata, “Dari markas ke sini kira-kira lima belas menit melewati sungai. Tidak mungkin Androsaur yang harus dibunuh dua kali bisa dikalahkan secepat itu.”
“Kemungkinan besar kesalahan Genophonenya,” tuduh Grace.
“Bagaimana kalau kita berpencar?” saran Eric.
​
“Jangan, bakal nyusahin kalo kita mencar sekarang, apalagi kita ga tau di mana sasaran kita.”
​
Alvin memutuskan untuk kembali ke markas dan memberitahu Sir Owen tentang ini bila Sir Owen kembali. Eric pun memutuskan untuk pulang ke rumah.
​
“Aku pulang,” kata Eric.
​
“Selamat datang, Ric,” panggil ibunya.
​
Makan malam untuk hari itu adalah porchetta.
​
“Ric, tadi Sir Owen menghubungi ibu,” kata ibunya.
​
Eric terkejut, “Apa yang Sir Owen bicarakan dengan mama?”
“Oh, Sir Owen hanya bilang apa yang kamu lakukan sebulan terakhir.”
Eric sekarang merasa takut, tidak mungkin Sir Owen memberitahu ibunya tentang dia menjadi Genoranger bukan?
Ibunya tersenyum, “Dia bilang kamu membantunya mengajar anak-anak SD IPA sebagai asisten guru. Ibu bangga, loh.”
“Oh,” Eric berkata, “Oh, iya, tentu saja.”
​
“Dua tahun lagi kamu akan masuk universitas kan? Kamu ingin mengambil jurusan apa?”
“Aku belum memilih itu, ma. Miss Astrid yang mengajar matematika ingin aku mengambil jurusan aktuaria, tapi Sir John yang mengajar iptek ingin aku mengambil IT. Jujur, aku bingung.”
​
Ibunya tersenyum lagi, “Apapun yang kamu pilih, ibu akan mendukungmu.”
​
“Terima kasih, ma…”
​
Ketika mereka selesai, Eric kembali ke kamarnya dan mengecek smartphonenya. Ada beberapa pesan masuk di aplikasi “Lain”, ada yang dari grup kelas, ada pesan langsung dari temannya di Italia, dan pesan di grup Genoranger.
​
Alvin A
@Sir Owen Sir kita ada masalah 20:59
Sir Owen
Ada apa Vin? 21:05
Alvin A
tadi kami dapat sinyal dari g-phone
tapi waktu kita datang tidak ada androsaur
sinyalnya juga hilang 21:07
Sir Owen
Mungkin ada Genoranger lain yang sudah mengalahkannya. 21:09
Petra S
Itu tidak mungkin Sir
Kita bergerak dari markas ke lokasi kurang dari 15 menit 21:10
Grace T
Saya rasa kesalahan dari Genophone Sir :termenung: 21:11
Daniel G
Tapi Genophone tidak pernah salah selama ini kan? 21:13
Sir Owen
Baiklah, kita akan bahas ini besok jam 10 pagi ya 21:15
​
******
​
Keesokan harinya, ketujuh Genoranger berkumpul di markas. Pintu depan terbuka dan Sir Owen masuk.
​
“Sir Owen,” kata Eric, “Sir terlambat setengah jam.”
“Maaf, ada panggilan dari kepala sekolah tadi,” balas Sir Owen.
“Hari ini kan hari libur,” pikir Grace dan Eric.
“Buat alasan yang lebih bagus kenapa?” pikir Alvin.
“Jadi, kalian bilang ada kejanggalan kemarin?” tanya Sir Owen.
Petra pun menjelaskan apa yang terjadi kemarin kepada Sir Owen. Sir Owen pun keheranan dengan hal itu. Bagaimana mungkin Genophone mengirim sinyal Androsaur dan kurang dari seperempat jam, sinyal itu sudah menghilang tanpa ada jejak bahwa Androsaur itu sudah dikalahkan.
“Kelihatannya kita kurang cepat,” kata Sid, “Mungkin lain kali kita harus memakai Pteranodon untuk mengantar kita ke sana.”
“Terlalu riskan. Kalian bisa dilacak bila kalian mengeluarkan Stahlsaurer tanpa kehadiran Androsaur,” kata Sir Owen.
“Kalau asumsi kalian bahwa Genophone tidak pernah mengalami kesalahan itu benar, berarti kemungkinannya hanya ada satu: Ada yang mengalahkan Androsaur itu,” kata Grace.
“Ada tim Genoranger selain kita kalo gitu, dab yang jelas kuat,” gumam Alvin.
​
“Tapi kalau dikalahkan mereka menjadi besar kan?” tekan Petra, “Tidak mungkin mereka bisa mengalahkan Androsaur tanpa meninggalkan bekas sekuat apapun mereka.”
​
“Tidak mungkin ada yang mengamankan Androsaur itu ke suatu tempat yang tidak bisa diakses Genophone kan?” celetuk Winnie.
​
Sir Owen terkejut. Seketika suasana menjadi hening, Winnie yang tertekan dengan suasana itu pun merasa tidak nyaman.
​
“Uhmm, maaf, tidak usah dipikirkan,” kata Winnie menunduk.
​
“Aku rasa teori bahwa ada yang mengalahkan Androsaur itu lebih kuat,” kata Eric, “Kalau begitu, kenapa kita tidak mencari Genoranger lain itu dan mengajak mereka bergabung?”
“Lu ngomong gampang, bocah,” kata Alvin, sambil menunjuk Sid dia melanjutkan. “Pak tua ini aja setengah mati diajak gabung, dan dia gabung kalo cuma ada Androsaur. Bukannya gua ga percaya orang, tapi gua ragu ranger lainnya bakal sejalan ama kita.”
Eric pun terdiam. Bukannya ranger itu pembela kebenaran? Bukannya ranger itu pahlawan? Sid, yang mungkin paling egois dalam tujuannya, tetap saja membantu mereka melawan Androsaur. Pikirannya berkecamuk, dia tidak tahu dunia ranger tidak seperti yang dia bayangkan. Tidak, dia tidak mau mengakui bahwa dunia ranger tidak seperti yang dia bayangkan.
Sir Owen menatap Eric dan berkata, “Eric, tidak semua manusia itu baik, dan sayangnya, mereka juga bisa memiliki kekuatan itu.”
Mereka mengakhiri diskusi itu, Sir Owen memberikan Petra tugas untuk menambahkan jarak drone agar mereka dapat keluar dari pagar kota. Petra yang sedang sibuk menulis kode didatangi oleh Eric yang menanyakan apa yang Sir Owen maksud dengan perkataannya tadi.
“Kekuatan itu tidak memilih, Eric. Ambil senjata api sebagai contohnya, senjata itu akan menjadi pelindung ataupun penghancur tergantung siapa yang memakainya. Baik buruknya sebuah kekuatan itu tergantung mereka yang memakainya,” kata Petra.
“Kalau begitu, kenapa orang-orang seperti itu tidak dilarang memiliki kekuatan ini?” tanya Eric.
​
“Yang memilih siapa yang mendapatkan kekuatan itu bukan kita kan?” balas Petra sambil tersenyum ke arah Eric, “Yang penting kamu menggunakannya untuk tujuan yang baik.”
Eric menangguk, tercengang, wajahnya bingung. Dia keluar dari ruangan Petra, menatap DNA Key Tyrannosaurus Rex yang ada di tangannya. Entah kenapa, dia merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar kekuatan ranger di dalam DNA Key ini.
​
Petra pun mengumpulkan mereka semua pada pukul enam sore. Dia memutuskan untuk membagi tim menjadi dua. Eric, Alvin, Dan, dan Sid akan berjaga di luar pagar, sedangkan Grace, Winnie, dan Petra akan bersiaga di dalam pagar. Drone-drone Petra telah disiapkan untuk membantu mereka mencegah Androsaur lain menghilang seperti kemarin.
​
“Gw masih penasaran kenapa tuh monster bisa ilang,” kata Alvin melalui Genophone.
“Kita bisa cari tahu hari ini,” balas Petra, Genophone mereka lalu berbunyi. Petra melihatnya dan berkata. “Alvin, ada Androsaur datang ke posisimu dari arah jam delapan!”
Dan, Sid, Alvin, dan Eric mengeluarkan senjata mereka. Alvin melihat ke arah jam delapan. Tidak ada tanda-tanda Androsaur.
“Dua puluh meter! Lima belas meter!” Petra mengumumkan, “Sepuluh meter!”
Alvin melihat ke atas, mengira Androsaur itu terbang seperti Androsaur sebelumnya. Tidak ada apapun. Sid melompat, menusukkan Stegorati ke tanah dan memutarnya. Tanah itu terkoyak, dan sesosok Androsaur muncul dari dalam tanah. Androsaur Ceratogaulus, Androsaur tikus tanah.
“Oalah, pantesan!” kata Alvin yang menerjang tanpa aba-aba, “Ternyata dia ngumpet di dalem tanah!”
​
“Teman-teman! Sepuluh, dua puluh, tiga puluh Androsaur terdeteksi dari arah barat!” kata Petra, “Grace, Winnie, kita bantu mereka!”
​
Petra melesat terbang menuju tempat itu, meninggalkan Winnie dan Grace di belakang. Benar saja, puluhan Androsaur-Androsaur lemah muncul. Tetapi ada yang berbeda dari beberapa Androfutter yang muncul. Androfutter yang biasa terlihat seperti monyet berwarna hitam, tetapi beberapa dari gerombolan ini berwarna merah dan lebih besar. Sid menyadarinya, dia lalu beralih menyerang gerombolan Androfutter itu.
​
“Bocah, urus tikus tanahnya!” perintah Sid, “Aku dan Dan akan mengurus mereka!”
​
“Cih, gua kan ketuanya,” pikir Alvin.
​
“Eric, Alvin, tahan Androsaur tikus tanah itu!” kata Petra melalui Genophone, “Kami sedang menuju ke sana!”
​
“Oke, mata empat,” kata Alvin.
​
Sementara Eric dan Alvin mengurus Ceratogaulus, Sid seperti kesetanan membunuh Androfutter yang mencoba mengepungnya dan Dan. Sid lalu menghadapi Androfutter merah, menusuk Stegorati langsung ke bagian dada. Tetapi serangannya tidak menembus, Androfutter yang dia tusuk menghempaskannya menjauh. Androfutter merah ini ternyata lebih kuat daripada Androfutter hitam, tetapi tidak sekuat Androsaur biasa.
​
Sid merasakan sakit di bagian perutnya. Luka bekas pertarungan melawan Ornimegalonyx terbuka dan berdarah. Dia terhuyung, rasa perih terbakar membabat tubuhnya. Androfutter-Androfutter menerjangnya, menyerangnya… Dan menghadang mereka dengan kapaknya, membunuh beberapa Androfutter hitam yang lebih lemah dalam sekali tebas.
​
“Paman Sid, lari!” perintah Dan.
​
“Tidak mau! Aku masih-”
​
“PERSETAN DENGAN EGOMU, BODOH! PERGI DAN RAWAT LUKAMU!” teriak Dan.
​
Sid tertegun. Dia menunduk, kemudian bangkit dan lari menjauh dengan tertatih-tatih untuk merawat lukanya. Sid lari agak jauh, menghentikan transformasinya dan bersandar di bawah pohon, kemudian mengeluarkan sebuah kotak dari dalam kantong jaketnya. Isi kotak itu adalah perban, antiseptik, alkohol, jarum, dan benang. Setelah menyiram jarum dan benang tersebut dengan alkohol, Sid mengambil ranting dan mengigitnya, menyiram lukanya dengan antiseptik, lalu menjahit lukanya sendiri.
​
Sid mengerang, “Sialan… Aku harus pergi ke rumah sakit tanpa dipergoki para tentara, keluar dari pagar itu dilarang…”
​
Sebetulnya Sid ingin sekali kembali bertarung, tetapi lukanya terlalu sakit. Sid mencoba bangkit, tetapi di sebelah kirinya muncul Androsaur lainnya. Androsaur Pliohippus yang bentuknya seperti kuda berkaki dua, dan Androsaur Synthetoceras yang berkepala rusa dengan cula. Sid pun hanya bisa pasrah ketika kedua Androsaur itu menerjangnya…
​
Sesuatu bergerak di atasnya dan menyerang kedua Androsaur itu. Belum sempat dia melihat, sesuatu mengangkatnya dan membawanya menjauh. Sid melihat sosok yang membawanya ke dekat pagar, seorang Genoranger abu-abu. Genoranger itu membawanya ke dalam pagar dan meletakkannya di jalan terdekat.
​
“Panggillah ambulans,” kata Genoranger itu, “Kamu tidak perlu bertarung untuk yang ini.”
​
“Orang ini… tahu kalau aku juga Genoranger,” pikir Sid.
​
“Tenang, kami akan membantu kalian,” Genoranger abu-abu itu pun pergi begitu saja setelah mengatakan itu.
​
Sementara itu keenam Genoranger lainnya berhasil mengalahkan Ceratogaulus dan Androsaur itu beserta semua Androfutter yang dikalahkan berubah menjadi raksasa. Sialnya, ada dua Androsaur lain yang tidak mereka lawan ikut berubah menjadi raksasa.
​
“Eh, itu dua apaan!?” teriak Alvin dari dalam Triceratops, “Woi, mata empat, ada rencana ga!?”
​
“Eric, bergabunglah dengan Dan!” perintah Petra yang mengendalikan Pteranodon, “Kita harus berpencar dan membentuk Saurierkaiser setelah kita mengurus semua Androfutter!”
​
“Di mana paman Sid!?” tanya Grace, mencabik beberapa Androfutter dengan Velociraptor.
​
“Kuharap dia aman!” balas Dan, “Eric!”
​
“Baiklah!” balas Eric, “Rüstung – Parasaurolophus!”
​
Saurierjaeger Schneider muncul dan langsung memutar pedang dan tangan kapaknya, seperti berdansa dengan darah merah yang menyembur setiap kali kedua senjata itu mengenai musuh. Hanya tiga Androsaurus tersisa, Ceratogaulus bisa dikalahkan dengan oleh Saurierjaeger Schneider, tetapi Pliohippus dan Synthetoceras kuatnya bukan main. Saurierkaiser yang biasa maupun Saurierkaiser Schneider tidak bisa mengalahkan mereka.
“Seandainya paman Sid ada di sini, mungkin keadaan akan sedikit berbeda,” pikir Eric.
​
Saurierkaiser Schneider terkena tendangan Pliohippus dan terpental. Tepat pada saat Saurierkaiser hendak berdiri, ada sebuah transmisi masuk.
​
“Butuh bantuan?” kata orang itu, Genoranger abu-abu.
​
“Genoranger baru!?”
​
“Bukan cuma seorang,” katanya.
​
Synthetoceras terkena sebuah serangan. Saurierkaiser Schneider berputar dan optiknya menangkap gambar dua Stahlsaurer baru, Ankylosaurus dan Pachycephalosaurus.
​
“Permisi,” kata Genoranger abu-abu itu, “Kalian butuh bantuan?”
​
“Dua orang Genoranger!?” kata Petra.
​
“Lu dua siapa!?” tuntut Alvin.
​
“Kami teman,” balas Genoranger abu-abu itu, “Stegoorange sudah kami bawa ke tempat yang aman, kalian bisa tanya dia nanti. Sekarang, kita sebaiknya urus dua Androsaur ini ya.”
​
Eric ragu, teringat perkataan Sir Owen tadi soal orang jahat yang bisa mendapat kekuatan. Tapi dia membuang keraguan itu.
​
“Kak Dan, Kak Winnie, lepaskan Parasaur dan Plesiosaur!” kata Eric.
​
Dan dan Winnie melepaskan Parasaurolophus dan Plesiosaurus dari Saurierkaiser, Eric pun lalu menekan Rüstung – Ankylosaurus dan Rüstung – Pachycephalosaurus, keduanya menjadi tangan kiri dan kanan.
​
“Lang lebe, Saurierkaiser Dreschen Schläger!”
​
“Ga usah diumumin, bocah!”
​
Kokpit kedua Genoranger itu berpindah ke dalam Saurierkaiser. Eric, Alvin, dan Petra melihat Genoranger abu-abu pria dan Genoranger biru muda yang merupakan seorang wanita.
​
“Halo, panggil aku Judd. Mohon bantuannya mulai sekarang ya,” kata Genoranger abu-abu itu.
​
Genoranger biru muda itu tidak berkata apa-apa, dia menggerakkan tangan kiri robot raksasa itu, palu rantai dari ekor Ankylosaurus mengikat Pliohippus. Wanita itu menariknya mendekat.
​
“Perkenalannya nanti saja. Urus kedua Androsaur itu,” kata wanita itu.
​
“Benar,” kata Petra, “Grace, Winnie, Dan! Kalian urus Androsaur satunya!”
​
Saurierkaiser Dreschen Schläger maju, mendekat menuju Pliohippus yang terkunci dan dengan kepala Stahlsaurer Pachycephalosaurus sebagai tangan kanan meninju kepala Pliohippus berkali-kali sampai hancur.
​
Plesiosaurus berhasil menembak kaki Synthetoceras, keseimbangannya kacau. Genoranger biru muda itu mengayunkan tangan kiri Saurierkaiser, palu rantainya melayang di udara dan menghantam dagu Androsaur itu. Parasaurolophus menggunakan jenggernya dan menebas leher Synthetoceras. Androsaur itu terhempas ke tanah, berbaring tanpa daya ketika Saurierkaiser menghabisinya.
​
******
​
Setelah ketiga Andorsaur itu dikalahkan, mereka pergi ke rumah sakit tempat Sid dirawat. Kedua Genoranger baru itu memperkenalkan diri mereka. Genoranger abu-abu, PachyGrau, memperkenalkan dirinya sebagai Judeau Zeele.
​
“Panggil aku Judd,” katanya.
​
Mereka semua lalu melirik Genoranger biru muda, AnkyloCyan. Wanita itu menatap mereka tajam.
​
“Cukup panggil aku Jen,” katanya yang lalu pergi begitu saja.
​
“Dingin sekali,” komentar Grace.
​
“Namanya Jenny Magnotta,” kata Judd, “Jangan dipikirkan sifat dinginnya, dia sebetulnya baik kok.”
Judd pamit meninggalkan mereka. Winnie lalu menghubungi Sir Owen untuk menyampaikan kabar baik ini, tetapi Alvin menahannya.
“Woi, mata empat,” panggil Alvin, “Androsaur yang kemarin hilang… bukan si tikus tanah kan?”
​
“Menurutku bukan, karena kemarin tidak ada jejaknya sama sekali,” jawab Petra.
​
“Yah, setidaknya kita mendapatkan dua kawan yang kuat,” kata Winnie.
​
Di luar rumah sakit, Judd mendapatkan panggilan. Melihat sekeliling, dia lalu menjawab panggilan itu, “Halo?”
​
“Kerja bagus, Judd,” balas seorang pria, “Galilah segala yang kamu bisa dari Genoranger dan juga robot raksasa itu.”
​
“Baiklah, bos. Lalu bagaimana dengan pekerjaan kami kemarin?”
​
Di tempat lain, lelaki yang terusik oleh kehadiran Saurierkaiser sedang berbicara di telepon.
“Bagaimana kalau kalian datang besok? Kalian menangkap Androsaur yang sangat bagus,” katanya, “Bayaran awal kalian sudah kukirim ke rekening kalian. Untuk sisanya, lakukan tugas kalian dengan baik ya.”
​
Dia menutup telepon itu, lalu memutar ke belakang, melihat Androsaur Doedicurus yang dibelenggu di balik jeruji, meronta-ronta untuk mencoba melepaskan dirinya.
​
******