top of page
chapter 3.png

ID

Chapter 3: Freude

"Aku menjadi Genoranger untuk melampiaskan rasa stress yang kumiliki. Aku tak mau diatur oleh bocah sepertimu!"

Terima kasih kepada Sdr. Alsa Khaudri untuk supportnya di Trakteer! Support us at http://trakteer.id/genoranger-id

Eric dibawa oleh Alvin dan teman-temannya menuju daerah selatan kota tua. Eric yang keheranan dengan perubahan sifat Alvin menjadi agak was-was. Di tengah jalan, dia pun berkenalan dengan Dan, Winnie, dan Grace. Winnie bersama Dan adalah pelajar di universitas, sedangkan Grace adalah adik kelasnya.

​

“Uhmm, Kak Alvin, kita mau ke mana?” tanya Eric.

​

“Yah, gw ga tau juga sih kalo tu tempat bisa disebut markas. Tapi intinya kita ke sono. Ada yang pengen kita bikin tim, terus dia minta kita bawa lu,” jawab Alvin.

​

“Tim, kita berlima?”

​

“Ih, gw sih ogah,” kata Alvin geli, “Tapi kalo orang itu yang minta, gw ga bisa lawan.”

​

Eric penasaran dengan orang yang Alvin maksud itu. Mereka akhirnya tiba di sebuah rumah, dinginnya bukan main. Alvin menyuruhnya duduk ketika mereka masuk, dia pun pergi ke belakang.

​

“Tempat ini dingin sekali ya,” komentar Eric.

​

“Ah, maaf soal itu.”

​

Eric berpaling, dia melihat seorang pemuda berkacamata dengan rambut diikat dan jaket biru.

​

“Jadi kamu Tyrannorot ya,” kata pemuda itu, “Perkenalkan, aku Petra Sthozzen, spesialis IT tim ini.”

​

“Aku Eric Rashille. Senang berkenalan denganmu.”

​

Alvin lalu masuk kembali, kali ini bersama seorang bapak-bapak. Eric melongo, orang itu adalah guru biologinya Sir Owen!

​

“Sir Owen!? Anda sedang apa di sini!?” ceplos Eric.

​

“Kamu… Eric dari 11-1, bukan? Jadi kamu Genoranger merah?” Sir Owen bertanya.

“Iya, Sir. Berarti, Sir adalah orang yang ingin membuat tim Genoranger?”

​

“Betul sekali.”

​

Sir Owen lalu menjelaskan niatnya untuk mengabungkan semua Genoranger untuk melawan Androsaur, menghilangkan stigma negatif Genoranger di masyarakat luas, dan untuk mengungkap rahasia yang disembunyikan pemerintah dari penduduk kepada Eric. Eric yang mendengarnya terpana, dia pun memutuskan untuk bergabung saat itu juga.

​

“Cih,” pikir Alvin.

​

“Makanan!” kata Dan, membawa beberapa kotak makanan. “Nigiri sushi! Aku traktir hari ini!”

 

“Vin, kamu gak makan?” tanya Winnie.

​

“Gak ah, gw mau pulang. Lagian, gw ga doyan makanan laut. Besok ketemu lagi ya.”

​

“Dia masih suka pilih-pilih makanan ya,” kata Winnie, “Oh iya, Eric, kamu punya akun ‘Lain’? Biar aku masukan ke dalam grup. Kalian juga, Dan, Petra, Sir Owen.”

​

“Kelihatannya Kak Alvin membenciku,” kata Eric sambil mengeluarkan smartphonenya.

​

“Ah, tidak usah dipikirkan, Eric,” kata Sir Owen, “Dia memang seperti itu sejak dulu, tapi saya yakin dia itu orang baik.”

​

“Benar, kita itu teman kok!” kata Winnie, “Percayalah, Eric, semua akan baik-baik saja!”

​

******

​

Tiga hari kemudian, Dan yang memakai jaket dan celana training berlari pada pukul sepuluh pagi melintasi sebuah taman bermain. Dia pun berhenti di gerbang taman tersebut untuk beristirahat. Dan pun melihat ke arah dalam taman sambil meminum air dari botolnya, dan melihat Alvin sedang melakukan pull-up di palang. Dan pun menghampirinya.

 

Alvin melihatnya dan bertanya, “Ngapain lu di mari?”

​

“Kebetulan lewat,” jawab Dan, “Vin, kamu ga minta maaf ke Eric? Aku dengar dari Winnie dan Grace apa yang terjadi beberapa hari lalu.”

​

“Bacot ah,” kata Alvin seraya melepaskan tangannya dari palang.

 

Dia lalu berbaring dan melakukan push-up, “Gw tuh ga bisa minta maaf orangnya. Udah lah, jangan dibahas lagi ya.”

 

“Ngomong-ngomong Vin, kenapa kamu jadi Genoranger?” tanya Dan.

 

“Lu kasih tau gw dulu kenapa elu jadi Genoranger,” balas Alvin.

 

“Yah, aku dihampiri oleh orang berambut merah yang memberiku Genophone dan DNA Key. Dia bilang aku bisa…,” Dan berhenti sejenak sebelum melanjutkan, “Melakukan kebaikan dengan benda itu. Jadi kuambil saja benda-benda itu. Kalau kamu?”

 

Sebelum Alvin bisa menjawab, Genophone mereka berbunyi. Mereka pun melihat beberapa titik merah di sisi utara kota, di dekat stasiun kereta bawah tanah di area perkantoran. Mereka berdua pun tanpa kata langsung melesat ke sana. Di dekat stasiun orang-orang berlari ke arah berlawanan. Alvin melihat seorang anak kecil terjatuh, di dekat bocah itu ada Androsaur yang menghampirinya. Alvin menerjang monster itu, lalu dengan tangannya meninju wajah Androsaur tersebut.

 

“LARI, BOCAH!” teriak Alvin.

 

Bocah itu mengangguk dan kabur menjauh. Alvin dan Dan lalu mengambil DNA Key-nya dan berubah menjadi Genoranger. Alvin lalu membunuh monster itu dengan hantaman Tridwen. Alvin berserta Dan bergerak maju, satu demi satu Androsaur-Androsaur lemah itu dibunuh oleh mereka, hitam baju Alvin ternoda oleh merah darah.

 

“Alvin, awas!” teriak Dan.

 

Di depan Alvin tiba-tiba saja Leptidictium Androsaur melompat ke arahnya. Alvin menaikkan Tridwen mencoba menghadang, tetapi sesuatu berwarna jingga melompat melewati Alvin dan menusuk Leptidictium dengan tombak ruyung miliknya. Tusukannya menembus kepala Leptidictium.

 

“Huh, hanya segitu? Payah,” katanya.

 

Tombak ruyung itu berputar seperti sebuah bor, menghancurkan kepala dan tubuh Leptidictium hingga berkeping-keping. Alvin pun melihat seorang Genoranger berwarna jingga dengan sirip di kepalanya. Genoranger itu berbalik dan Alvin bisa melihat sirip-sirip di punggungnya. Seorang Genoranger Stegosaurus?

 

“Siapa?” tanya Alvin.

 

Tapi sebelum Genoranger jingga itu menjawab, Leptidictium dan Androsaur-Androsaur lemah yang terbunuh bertumbuh menjadi raksasa. Alvin baru saja ingin memanggil Stahlsaurer Triceratops, tetapi Genoranger jingga itu tiba-tiba mencoba menusuknya. Spontan Alvin menahannya dengan Tridwen.

 

“Alvin!”

 

“Dan, lu urus itu monster!”

 

“Kamu sendiri bagaima-”

 

“Tinggalin gw! Biar gw urus ini orang!”

 

Dan pun mengangguk dan memanggil Stahlsaurer Parasaurolophus. Dia lalu pergi sendirian menghadang Leptidictium dan Androsaur-Androsaur lainnya.

 

Alvin mendorong perisainya dan menyerang Genoranger jingga. Genoranger jingga itu dengan anggun menangkisnya, tombaknya berputar dan menusuk Tridwen sekali lagi.

 

“Kamu… kuat. Tapi apa gunanya hanya punya senjata untuk bertahan?” ejek Genoranger jingga itu.

 

“Gila lu ya!?” hardik Alvin, “Monster lagi nyerang kota woi!”

 

“Mereka bisa diurus oleh Genoranger lain,” kata Genoranger jingga itu.

 

Genoranger jingga itu menyerang lagi, Alvin dipaksa untuk bertahan olehnya. Tanah yang mereka pijak berguncang ketika Saurierjaeger muncul bersama Plesiosaurus dan Velociraptor membantu Dan.

 

Alvin menghantam, Genoranger jingga menahan hantaman perisai Alvin dengan tombaknya.

 

“Lu Genoranger kan!? Kenapa lu nyerang gw!?” Alvin bertanya.

 

“Memangnya kenapa?” Genoranger itu bertanya balik.

 

“Genoranger itu harusnya menolong orang yang ga bisa melawan Androsaur sendiri!” Alvin menghempas Tridwen dan menendang Genoranger jingga itu.

 

Genoranger itu mundur ke belakang, tetapi tidak jatuh.

 

“Huh, bocah. Idealismenya tinggi sekali. Kamu anak kecil mana tahu seberapa beratnya dunia kerja. Semua diatur atasan, bahkan waktu untuk keluarga saja kadang tidak punya. Aku menjadi Genoranger untuk melampiaskan rasa stress yang kumiliki. Aku tak mau diatur oleh bocah sepertimu!”

 

“Sialan lu!”

 

Genoranger jingga itu lalu menyerang Alvin dari sisi kiri. Alvin mengangkat Tridwen ke sana, tetapi Genoranger jingga itu dengan cepat memindahkan serangannya ke sisi lain.

 

Ayunan tombak ruyungnya yang berputar mengenai Alvin. Alvin pun terhempas jauh sampai dia menabrak dinding sebuah minimarket. Pukulan Genoranger jingga itu menguras energi wujud rangernya, perubahannya terhenti.

 

“Alvin!” teriak Dan.

 

Dan, Winnie, Grace, dan Eric dalam wujud ranger mereka menghampiri Alvin yang sedang berbaring di tanah. Genoranger jingga itu melihat mereka dan menantang mereka, tetapi sebuah smartphone berdering.

 

“Cih, sudah waktunya balik ke kantor,” keluh Genoranger jingga itu.

 

Dia pun berubah kembali, sebagai seorang pria dewasa dengan jas dan dasi. Dan, Winnie, Grace, dan Eric terkejut. Ternyata ada juga orang dewasa yang menjadi Genoranger. Orang itu pun berbalik dan pergi. Alvin menyuruhnya berhenti, tetapi Genoranger jingga itu tidak menghiraukannya.

 

******

 

Mereka tiba di markas pada pukul setengah tiga sore. Dan menceritakan apa yang dilihatnya kepada semua orang, seraya Winnie mengurus luka-luka Alvin yang sedang duduk di sofa, kesal karena kalah melawan orang macam itu.

 

“Hmmm… Mungkin dia bisa dibujuk untuk kerja sama,” kata Sir Owen, “Kalau dia hanya ingin bersenang-senang saja, kita buktikan kalau bergabung sebagai tim akan lebih menyenangkan daripada bergerak sendiri-sendiri.”

 

Petra lalu menaruh laptop di meja, “Aku memotret wajah Genoranger dari drone milikku, dan menggunakan program untuk mencocokkannya dengan data kependudukan. Nama orang itu adalah Sid Irwin, usia 33 tahun, tinggal di selatan Natales, berkeluarga dengan seorang istri dan dua orang anak. Kelihatannya dia sudah bekerja di kantor yang sama sejak tiga belas tahun lalu.”

 

“Kalau begitu, sebaiknya kalian coba pergi ke sana dan berbicara dengannya.”

 

“Maaf pak, saya ga mau ikut,” kata Alvin sambil bangkit berdiri.

 

“Alvin…,” Winnie mencoba mencegatnya, tetapi Alvin terlanjur keluar.

 

Alvin pun pergi ke taman tempat dia bertemu Dan tadi pagi untuk melampiaskan kekesalannya dengan berolahraga. Saat dia memasuki taman, dia melihat Genoranger jingga dalam wujud manusia sedang duduk di sana, memandang taman yang kosong. Alvin pun menghampirinya dengan agak kesal. Genoranger jingga itu melihatnya.

 

“Kita bertemu lagi,” kata Genoranger jingga itu.

 

“Sid Irwin,” kata Alvin sambil mengeluarkan DNA Key miliknya.

 

“TRICERASCHWARZ.”

 

Sid tersenyum, dia pun mengeluarkan DNA Key miliknya.

 

“Kamu tahu namaku, bocah? Menarik. Siapa namamu?”

 

“STEGOORANGE.”

 

“Alvin Arden.”

 

Mereka pun berubah bersama. Di depan Triceraschwarz berdiri Genoranger jingga yang menyandang nama Stegosaurus, sirip-sirip di punggung dan kepalanya memantulkan cahaya matahari. Namanya adalah Genoranger Stegoorange.

​

“Kamu masih belum puas kukalahkan?” ejek Sid.

 

“Lu hoki doang tadi,” kata Alvin.

 

Mereka pun maju dengan tangan kosong. Alvin maju, pukulan Sid cepat, tetapi dia pernah melihat pukulan yang lebih cepat. Alvin menghindar, tangan kirinya melempar pukulan hook.

 

Sebelum pukulan Alvin mendarat, Sid menendang kaki kanan Alvin. Alvin mengejang, tetapi pukulannya tidak berhenti. Pukulan itu mengenai kepala Sid, dia terpental dan menabrak ayunan.

 

“Tadi gua ga siap lawan lu,” kata Alvin, “Tapi sekarang beda.”

 

“Jangan sombong, bocah,” balas Sid yang mengeluarkan Genophonenya.

 

“STEGORATI.”

 

Tombak ruyung miliknya muncul, Sid pun mengambilnya dan melesat ke arah Alvin.

 

“TRIDWEN.”

 

Alvin mengeluarkan perisai miliknya dan menahan tusukan tombak itu. Kanan, kanan, kiri, kanan, tusukan Stegorati menghujani Alvin yang sigap menangkis. Sampai akhirnya satu tusukan mengenai Alvin dan mendorongnya menjauhnya.

 

Alvin bangkit dan memikirkan lagi strateginya. Alvin maju, kali ini dia yang menyerang. Sid menangkis dengan Stegorati, Alvin terus merangsek, lalu melesat ke arah kiri.

 

Sid berputar ke arah Alvin. Alvin pun menginjak jungkat-jungkit besi di depannya dan sisi lain benda itu terangkat, mengenai dagu Sid dengan keras. Sid terpental menjauh.

​

“Liat sekeliling dong pak tua,” ejek Alvin.

 

Genophone mereka berbunyi. Ada tiga titik besar di timur laut kota.

 

“Sori, udahan dulu ya,” kata Alvin.

 

“Tunggu!” panggil Sid.

 

Sid dan Alvin pun pergi ke ujung kota tua yang sedang direnovasi oleh pemerintah. Keadaan tempat itu kosong, kecuali beberapa pekerja yang sempat lari. Ketika mereka tiba, Dan, Winnie, Grace, dan Eric sudah bertarung melawan Androsaur-Androsaur itu. Ada tiga Androsaur yang kuat di sana, Procoptodon yang sedang melawan Eric, Moeritherium yang melawan Dan, dan Eohippus yang melawan Grace dan Winnie.

 

Sid lalu melihat Moeritherium dan melesat ke arahnya.

 

“Androsaur itu milikku!” ujarnya.

 

“Woi!” hardik Alvin.

 

Sid melompat, tombak ruyungya terpantul ketika dia menusuknya ke monster itu.

 

Dan terkejut melihat Genoranger jingga itu muncul, “Kamu kan!”

 

“Halo, Ungu. Kalau sudah selesai, nanti bertarung denganku ya,” kata Sid yang melihat ke arah Dan.

 

Dan maju dan menangkis serangan Moeritherium dengan ayunan kapaknya. Stegorati berputar seperti sebuah bor, Sid lalu menusuk bahu kanan Moeritherium.

 

Serangan itu masuk, tapi tidak menembus. Moeritherium mundur dan memukul Sid dengan tangan kirinya.

 

Sid menghindar, Dan melompat, ayunan Parasha membacok bahu yang rusak itu. Tangan kanan monster itu bergelantungan percuma. Sid lalu maju lagi, kali ini tombak ruyungya mencoba menusuk mata Moeritherium.

 

Tapi kali ini Moeritherium mengangkisnya dengan tangannya yang rusak dan melempar Sid menjauh. Sid menabrak Eohippus yang sedang melawan Winnie dan Grace, keduanya terjatuh di tanah. Winnie menggunakan kesempatan ini untuk menembak Eohippus dari jarak dekat, menghancurkan kepalanya.

 

Kamu gapapa?” tanya Grace.

 

“Sakit pun tidak,” jawab Sid.

 

Mereka pun melihat Dan mengalahkan Moeritherium, lalu melihat Procoptodon masih belum dikalahkan Eric dan Alvin. Sid lalu bergegas membantu mereka berdua. Di atas mereka drone milik Petra merekam pergerakan Stegoorange, memasukkan data pertarungannya ke dalam simulasi.

 

“Alvin, mundurlah!” kata Petra melalui Genophone mereka semua, “Dan, bantu Eric dan Sid!”

 

“Oke, mata empat,” balas Alvin.

 

Dan, Eric, dan Sid maju. Dan bersama Sid sebagai penyerang, dan Eric sebagai pertahanan. Mereka bergantian menyerang dari berbagai sisi, sampai akhirnya Eric menebas ekor Procoptodon dengan Rexcalibur. Procoptodon kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Dan bersama Sid lalu menghabisi monster itu bersama.

 

“Ya ampun,” kata Sid, “Ternyata kalian lumayan hebat ya.”

 

Spontan saja ketiga monster itu menjadi besar bersama-sama. Eric pun dengan cepat memanggil Stahlsaurer Tyrannosaurus dan langsung mengubahnya menjadi Saurierjaeger. Stahlsaurer lain pun membantu, tetapi tiga Androsaur itu tidak bisa diimbangi oleh enam Sthalsaurer.

 

Velociraptor dan Plesiosaurus membantu Saurierjaeger melawan Procoptodon, tetapi Procoptodon berhasil menangkap Velociraptor dan menahan serangan Plesiosaurus dengan Velociraptor. Pleisosaurus yang terlanjur terlalu dekat pun dihantam Procoptodon dengan Velociraptor berkali-kali.

 

Saurierjaeger menggunakan kesempatan itu untuk menebasnya, tetapi satu serangan itu tidak cukup untuk membunuh Procoptodon. Procoptodon pun dengan kencang mencambuk tangan kiri Saurierjaeger menggunakan Velociraptor, cakar robot itu mengoyak tangan Saurierjaeger hingga rusak parah.

 

Saurierjaeger pun menyerang sekali lagi, kali ini serangannya berhasil menghabisi Procoptodon, membelah kepalanya menjadi dua.

 

“Kak Winnie, Grace! Kalian baik-baik saja!?” panggil Eric.

 

“Aku tidak apa-apa,” balas Winnie, “Bagaimana dengan Grace!?”

​

“Grace!?”

 

“Ah, berisik sekali sih,” balas Grace, “Kakiku sakit, tapi aku akan hidup.”

 

Eric pun membalikkan Saurierjaeger untuk menolong Dan, Sid, dan Alvin. Tetapi dengan satu tangan saja, sepertinya mustahil…

 

“Yo,” suara Anka bergema di dalam kokpit.

 

“Kak Anka!?”

 

“Aku melihat pertarunganmu sekarang loh. Kelihatannya kamu kesulitan ya?”

 

“Apa Kak Anka bisa membantuku, atau hanya ingin meledek?” tanya Eric kesal.

 

“Aku sudah bilang sebelumnya, Stahlsaurer Tyrannosaurus Rex itu spesial. Saurierjaeger bisa menggunakan Stahlsaurer di bawah level tiga sebagai pengganti tangannya. Cobalah!”

 

Anka pun mengakhiri pembicaraannya. Di layar hologram Eric tertulis Rüstung – Parasaurolophus dan Rüstung – Stegosaurus. Eric tanpa ragu menghubungi Dan.

 

“Kak Dan! Kelihatannya kita bisa bergabung!” kata Eric.

 

“Benarkah!? Cobalah kalau begitu!” balas Dan.

 

Eric pun menekan Rüstung – Parasaurolophus, di layar Dan pun muncul tulisan yang sama, dan dia pun menekannya. Stahlsaurer Parasaurolophus pun melipat dan menjadi tangan kiri Saurierjaeger, kepala Parasaurolophus pun bertindak seperti kapak. Di layar Eric tertulis Saurierjaeger Schneider. Kokpit milik Dan berpindah ke samping Eric.

​

“Sial, bocah itu dapet yang bagus mulu ah!” kata Alvin.

​

“Wah, keren!” teriak Winnie.

​

Grace mengangguk dalam diam, terpana melihat gabungan baru itu. Petra di markas berdiri terkejut, dia tidak menyangka Stahlsaurer bisa bergabung seperti itu.

​

“Kelihatannya aku hanya bisa mengendalikan bagian tangan,” kata Dan.

​

“Kalau begitu, kuserahkan kepadamu, Kak Dan.”

​

Eric pun memajukan Saurierjaeger Schneider menuju Eohippus. Dan lalu mengayunkan tangan kiri Saurierjaeger Schneider, tangan kapak Parasha raksasa itu berayun, meliuk-liuk dengan imbang, menyerang Eohippus tanpa jeda. Setiap tebasannya sama kuatnya dengan Rexcalibur yang mematikan, bangunan-bangunan tua itu bermandikan darah merah Eohippus.

​

“Kak Dan! Satu, dua….”

​

“Tiga!”

​

Mereka berdua menyerang bersama-sama, Rexcalibur dan Parasha menebas Eohippus, membelahnya menjadi tiga bagian. Eric pun berputar untuk menolong Alvin melawan Moeritherium.

​

Triceratops menyeruduk, baik dia dan Moeritherium mengunci satu sama lain. Saurierjaeger Schneider melompat dan mengayunkan Parasha ke bawah, tetapi kulit tebal Androsaur itu tidak tergores sama sekali. Sid yang melihatnya menghubungi Eric.

​

“Merah, coba gabungkan Stahlsaurerku juga!” kata Sid.

​

“Baiklah, paman Sid!”

​

Eric pun menekan Rüstung – Stegosaurus. Sid tanpa ragu menekan tulisan itu di layarnya dan begabung menjadi tangan kanan Saurierjaeger. Kokpit Sid berpindah ke sebelah kanan Eric, di layar tertulis Saurierjaeger Schleifer Schneider.

​

“Merah, kamu tahu tidak, dalam bahasa Jerman mereka mengucapkan ‘Lang lebe’ untuk menyambut raja?” tanya Sid.

​

“Kalau begitu,” gumam Eric, “Lang lebe! Saurierjaeger Schleifer Schneider!”

​

“Ya Tuhan, ga berselera banget!” keluh Alvin yang mendengar itu.

​

“Aduh, kamu itu no fun ya orangnya,” komentar Sid.

​

Eric pun memajukan robot gabungan itu, Sid lalu memutar ekor Stegosaurus, menyiapkannya untuk menusuk Moeritherium. Eric menendang, Moeritherium menangkisnya.

​

Alvin menggunakan kesempatan ini untuk menabrak kaki kiri Moeritherium. Moeritherium terjungkal, Sid lalu menghantam Moeritherium dengan tusukan Stegorati, bor raksasa itu menembus dadanya, mencipratkan darah di bangunan sekitar bagaikan hujan. Sid lalu menaikkan tangan kanan Stahlsaurer gabungan itu dan sekali lagi memutar Stegorati, menghancurkan kepala monster itu hingga berkeping-keping. Dan melihat darah yang berceceran dari Moeritherium dan Velociraptor yang rusak parah, dia pun berpikir apakah ada hubungan antara Androsaur dan Stahlsaurer.

​

******

​

Sid pun datang ke markas Genoranger bersama yang lainnya. Sementara Winnie merawat kaki Grace yang robek, Sid berkenalan dengan Petra, Sir Owen, dan ranger lainnya. Sid tertarik dengan bagaimana Petra dapat mengetahui identitasnya dan memujinya untuk itu. Sid mendengarkan proposal yang diberikan Sir Owen.

​

“Maaf, aku tidak tertarik untuk bergabung,” kata Sid, “Akan lebih seru kalau ada kompetisi.”

​

“Orang ini…,” kata Alvin yang hendak maju, tapi Eric dan Dan menahannya.

​

“Maaf, bocah, tapi kali ini aku ingin mencoba bertarung dengan si Merah,” kata Sid yang mengeluarkan DNA Key miliknya.

​

Eric mencoba untuk menolak ajakan Sid, tetapi sebelum dia bisa berkata apapun ponsel milik Sid berbunyi. Sid mengambilnya dan menjawab panggilannya.

​

“Halo?” kata Sid, “Oh, iya sayang, aku lagi di jalan… Oh, iya, iya… Ok, nanti di rumah ya ngomongnya. Bye bye.”

​

Sid pun menutup ponselnya.

​

“Lain kali ya, Merah,” kata Sid, “Istriku masak hari ini.”

​

Dia pun bergegas pergi ke arah pintu.

​

“Woi!” kata Alvin, “Lu egois amat sih jadi orang!”

​

Sid berhenti sejenak, melihat ke arah Alvin, lalu keluar dari markas.

​

“Benci gw ama tuh orang,” kata Alvin.

​

“Tenang Vin, setidaknya dia bakal ngebantu kita kalau ada Androsaur yang nyerang,” Dan berusaha menenangkan Alvin.

​

“Aku pikir paman Sid itu orang baik pada dasarnya,” sambung Eric.

​

Alvin pun melanjutkan melampiaskan ketidaksukaannya terhadap Sid. Petra di belakang mereka menatap Winnie dan yang lainnya dengan tatapan iri.

​

“Apa yang bisa kulakukan ya?” gumamnya.

​

******

© 2020 by Genoranger id

  • Grey Instagram Icon
  • Grey Facebook Icon
bottom of page