top of page
Chapter9.png

ID

Chapter 9: Angst

Tentu saja aku menerimanya. Aku tidak peduli sama sekali dengan tujuannya, asalkan dia menepati janjinya. Walaupun aku harus membunuh… Karena ibu adalah hal terpenting bagiku.

Enam tahun lalu ibuku jatuh sakit. Ayahku sudah meninggal lama sekali, dan aku adalah anak tunggal. Saat itu, aku memutuskan untuk berhenti sekolah dan mencari uang untuk biaya pengobatan ibuku. Penyakit ibuku tidak ada obatnya, tetapi Genesis dapat memperpanjang umurnya sampai obatnya ditemukan. Karena ibu adalah hal terpenting bagiku.

 

Jadi aku bekerja di mana saja, sebisa mungkin hidup minimal dan menabung hampir semua penghasilanku untuk ibu. Lalu aku pun masuk ke dalam pertarungan gladiator bawah tanah. Aku bertarung membabi buta,  memenangkan pertarungan demi pertarungan demi ibuku. Karena ibu adalah hal terpenting bagiku.

 

Beberapa bulan lalu, seseorang bernama Darwin dari Genesis menghubungiku. Dia tahu tentang ibuku, menawariku pekerjaan dengan bayaran besar.

 

“Bergabunglah bersama Genoranger, lalu selidiki mereka,” katanya.

 

Tentu saja aku menerimanya. Aku tidak peduli sama sekali dengan tujuannya, asalkan dia menepati janjinya. Walaupun aku harus membunuh… Karena ibu adalah hal terpenting bagiku.

 

“Judd… Judd!?”

 

Panggilan Jen membuyarkan lamunan Judd, Judd lalu bertanya, “Ada apa?”

 

“Sedang apa kau, diam saja dari tadi?” tanya Jen, “Ayo, kita temui Darwin.”

 

Mereka memasuki gedung besar berbentuk piramida Aztec itu. Bagi mereka yang pertama kali memasuki gedung itu, mereka akan mengira mereka melompat ratusan tahun ke masa depan. Ruangan putih bersih dengan berbagai teknologi terbaru yang ditampilkan dalam kotak kaca berserakan di berbagai tempat, gambar portret besar pria tinggi besar berambut pirang bernama Serhan Nobel, CEO Genesis Inc, dipajang di tengah-tengah ruangan.

 

Orang yang mereka cari memiliki ruangan di lantai lima gedung tersebut. Ruangan yang rapi dan bersih, dengan beberapa benda yang dapat dihitung jari dipajang di sebuah lemari besar. Seorang laki-laki dengan rambut seperti rumput laut duduk di kursi. Di mejanya terdapat sebuah tanda nama, Darwin Mengele, Kepala Riset Genetika Genesis Inc. Darwin tersenyum ketika Jen dan Judd masuk ke dalam ruangannya.

 

“Apakah kalian benar-benar memilikinya?” tanya Darwin.

 

“Tentu saja,” kata Judd, yang mengeluarkan beberapa DNA Key. “DNA Key Parasaurolophus dan Stegosaurus, dan Genophone milik Stegoorange.”

 

“Eccellente (baik sekali),” kata Darwin dalam bahasa Italia, “Tapi, DNA Key ini level dua semuanya ya.”

 

“Mereka berlima selalu tidak dapat dipisahkan,” kata Judd, “Mungkin kita bisa menyergap mereka ketika mereka tidur.”

 

Darwin lalu bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah jendela, “Kesempatan baik untuk kalian. Drone milikku menangkap puluhan orang yang dibebani oleh DNA Key. Kebanyakan dari mereka tidak akan selamat hari ini. Tugas kalian adalah mengumpulkan DNA Key milik mereka yang terbunuh.”

 

“Bagaimana dengan bayaran kami?” tanya Jen.

 

“Sudah kukirim ke rekening kalian, signora (nyonya). Sekarang, pergilah.”

 

Jen dan Judd mengangguk, Judd lalu keluar ruangan. Jen tetap berdiri di sana dan Darwin merasa heran sekaligus sedikit kesal karena Judd tidak langsung menjalankan perintahnya, “Cosa diavolo aspetti (apa lagi yang kau tunggu), Jen?”

 

“Kenapa kau mengumpulkan DNA Key? Bukankah Genesis yang membuatnya?” tanya Jen.

 

Darwin tersenyum, “Rasa penasaran. Itu saja yang kau cukup tahu. Ada lagi yang lain?”

 

Non, vi ringrazio di tutto quello che avete fatto per me (Tidak, aku berterima kasih atas segalanya yang telah kau lakukan untukku), Darwin.”

 

Sementara di luar sana, para Genoranger menggiring Androsaur-Androsaur keluar pagar. Tidak sedikit para Genoranger yang baru saja muncul gugur dihabisi oleh para Androsaur. Keadaan sangat buruk untuk Petra, tiga dari lima orang yang dipimpinnya sudah tewas. Dan di depannya, seorang Genoranger Edmontosaurus berwarna hijau tua yang dimakan hidup-hidup oleh Androsaur Dodo. Suara daging dirobek dan teriakan mewarnai lingkungan di sekitarnya.

 

Androsaur Dodo melihat Petra dan menerjangnya. Petra pun lalu mengambil DNA Key Polacanthus dari temannya yang gugur dan memasukkannya ke dalam Genophone miliknya.

 

“POLACANTHUS.”

 

Duri-duri tumbuh di badan Petra, menusuk-nusuk badan Dodo. Petra terbang menjauh, lalu dengan panahnya Petra menembakkan sebuah tembakan besar yang membunuh Dodo dalam satu serangan. Petra menghampiri Genoranger Edmondtosaurus yang sudah tewas itu. Petra lalu mengambil DNA Key milik Genoranger itu.

 

“Maaf ya,” kata Petra, “Level 1 ya… Pantas saja…”

 

Androsaur Dodo itu berubah menjadi raksasa. Petra pun mengeluarkan Stahlsaurer miliknya, bersamaan dengan muncul Allosaurus. Hyde yang mengendalikan Allosaur menyerang Dodo dan Androsaur Amphicyon yang dia lawan.

 

“Monster sialan! Kalian akan membayar nyawa Jean, Monica, Jonathan, dan Immanuel!” katanya dengan penuh amarah.

 

Di tempat lain keadaannya sama buruknya. Bersamaan dengan munculnya Allosaurus, di hadapan Winnie, seorang Genoranger Iguanodon berwarna lavender sedang diinjak oleh Androsaur Moa dengan cakar besarnya.

 

“Lepaskan dia!” Winnie lalu menembak Androsaur Moa, Androsaur itu memekik dan melepaskan cengkramannya.

 

Seorang Genoranger Alanqa, Genoranger bersayap yang berwarna vermillion lalu mengangkat Genoranger lavender itu dan kabur bersama Winnie.

 

“Mike, kamu tidak apa-apa?” tanya Winnie, walaupun dia sudah tahu keadaannya.

 

“Ya…,” balas Genoranger Iguanodon itu dengan lemah dan terbata-bata, “Thanks ya, Debby.”

 

“Tidak usah dipikirkan,” kata Genoranger Alanqa, “Setidaknya kita sudah sampai di tempat di mana kita bisa membunuh mereka. Biar kuurus burung jelek itu.”

 

Tiba-tiba dari belakang Mike disambar oleh Androsaur Palaeochiropteryx, kepalanya terpenggal dan jatuh ke tanah. Winnie naik pitam dan menembak Palaeochiropteryx dengan membabi-buta, semua tembakannya mengenai Androsaur itu. Debby bersamaan berhasil membunuh Androsaur Moa dengan pedang lemparnya.

 

Mereka berdua menjadi raksasa. Winnie memanggil Plesiosaurus. Debby mencoba masuk ke dalam Plesiosaurus karena DNA Key di bawah level dua tidak memiliki Stahlsaurer, tetapi dia menabrak paruh Moa. Androsaur raksasa itu lalu membuka paruhnya dan memutuskan tubuh Debby.

 

“Debby!”

 

Winnie lalu memanggil Plesiosaurus dan menghajar kedua Androsaur itu seorang diri. Dia kesulitan, terhantam beberapa serangan sampai Stahlsaurer Triceratops datang dan membantunya.

 

“Alvin!” teriak Winnie, “Semuanya…”

 

“Fokus, Winnie!” kata Alvin.

 

Di samping Triceratops datanglah Stahlsaurer Velociraptor dan sebuah Stahlsaurer Vulcanodon berwarna ungu pucat datang membantu, dikendalikan oleh Jason, Genoranger Vulcanmauve. Vulcanodon dengan cekatan bermanuver di antara tiga Androsaur raksasa, dengan tembakan di sisi tubuhnya Stahlsaurer itu menghujani mereka dengan peluru tajam.

 

Tetapi walaupun mereka dapat membunuh semua Androsaur itu, banyak Androsaur dan Androfutter yang terinjak-injak ikut menjadi raksasa. Tiba-tiba Anka menghubungi Alvin.

 

“Yo,” panggil Anka.

 

“Lu… Anka kan?” tanya Alvin, “Lu gila ya, ngasih orang-orang lemah DNA Key!?”

 

“Setidaknya mereka membantu kalian, bukan?” tanya Anka, “Tidak perlu kau pikirkan itu, yang jelas, kalian benar-benar terdesak, bukan? Tyrannorot sedang menyembuhkan lukanya, dia tidak akan bisa bertarung sementara waktu, yang artinya Saurierkaiser tidak dapat digunakan.”

 

“Lu punya solusi?” tanya Alvin agak memaksa.

 

“Allosaurus dapat bergabung dengan kalian menggantikan Tyrannosaurus Rex, walaupun tidak sekuat Saurierkaiser.”

 

Alvin mendengus, “DNA Key yang kuat selalu lu kasih ke anak-anak halu, bingung gua.”

 

Anka hanya tersenyum, senyum yang selalu tidak tulus itu. Alvin lalu berkata, “Hei, Anka… Bisa lu bawa Eric kemari?”

 

Tetapi Anka sudah menghilang. Alvin menggeleng, lalu mengabarkan informasi ini kepada rekan-rekannya. Hyde yang bersemangat langsung meminta mereka untuk bergabung segera. Kelima Stahlsaurer itu pun bergabung, dengan susunan yang sama seperti Saurierkaiser. Namanya adalah Saurierherzog.

 

“WUIH, KEREN!” teriak Hyde.

 

Sementara di bawah sana, agak jauh dari tempat robot raksasa itu muncul, Judd dan Jen menyisiri sisa-sisa pertempuran. Mayat-mayat orang yang menjadi Genoranger berserakan tak beraturan. Judd memeriksa mayat-mayat itu dan mengambil DNA Key yang ada. Jen dengan agak takut membantu mencari DNA Key di arah berlawanan, tangannya bergetar seraya dia memetik DNA Key dari mayat-mayat para Genoranger itu. Di antara mayat-mayat itu, Jen melihat sosok yang familiar.

 

“Jessica…,” katanya lirih.

 

Dengan tangannya dia menutup kedua mata teman sekelasnya itu, lalu mengambil DNA Key Deinonychus dari tangan Jessica.

 

Sementara Judd bergerak cepat, mengambil sebanyak mungkin DNA Key yang dapat dia temukan. Judd menunduk untuk mencari DNA Key dari mayat seorang pria tua ketika sesuatu menyentuh lehernya.

 

“Itu bukan milik kalian,” kata seorang pemuda.

 

 Judd berputar, melihat tidak hanya satu, tapi dua Genoranger, berwarna violet dan magenta. Genoranger violet itu mengarahkan senjatanya, sebuah pike, kepada Judd.

 

“PACHYGRAU.”

 

Judd berubah menjadi Pachygrau dan mengeluarkan Cephalonir dan menyerang Genoranger violet itu. Genoranger violet menahan serangan Judd dengan mudahnya.

 

Judd melihat mereka lebih jelas kali ini. Kedua Genoranger itu memiliki pelindung di dada, bahu, pinggang, dan kaki.

 

“Siapa kalian!?” tanya Judd.

 

“Apatoblitz,” jawab Genoranger violet.

 

“Dan Diplodonner,” imbuh Genoranger magenta, dengan suara yang sama. Kembar?

 

“JUDD!”

 

“ANKYLOCYAN.”

 

Jen lalu menyerang Apatoblitz, tapi Diplodonner menghalangi Jen dengan cambuknya.

 

“Semangat yang baik, sekarang enyahlah,” kata Diplodonner yang mendorong Jen menjauh, petir menyambar-nyambar dari cambuknya itu.                                                                                                        

 

“Jen!”

 

“Kami mendengar pembicaraan mereka berlima,” kata Apatoblitz, “Kalian membunuh salah satu dari rekan kalian sendiri, bukan? Menjijikan.”

 

“Diam!” kata Judd, menghempaskan pike Apatoblitz.

 

Judd lalu mengayunkan Cephalonir dan menghantam Apatoblitz, melemparnya menjauh.

 

“KALIAN TAHU APA MEMANGNYA!?” teriak Judd.

 

“Aku tidak peduli dengan masalahmu,” kata Diplodonner.

 

“Yang kami tahu hanyalah kau dapat menjadi batu loncatan kami untuk menjadi pahlawan Natales,” kata Apatoblitz.

 

Amarah Judd sudah meluap-luap, tubuhnya dialiri oleh semacam energi, sesuatu sedang berubah di dalam dirinya…

 

Dari belakang muncullah Genoranger perak yang menghantam leher Judd dengan ujung gagang pedangnya. Serangan itu menembus sampai ke tulang leher, transformasi Judd terhenti dan dia pingsan.

 

“Judd!” panggil Jen.

 

“Kau… bawa dia pergi,” kata Genoranger perak itu.

 

“Baiklah,” kata Jen, yang membawa Judd pergi.

 

Diplodonner maju untuk menghentikan Jen, tapi Genoranger perak itu berpindah dalam sekejap ke depan Diplodonner dan dengan perisainya menahan cambukan Diplodonner.

 

Diplodonner mendesak, tetapi Genoranger perak itu menghempaskannya menjauh.

 

Genoranger perak itu lalu mengacungkan pedangnya kepada Apatoblitz dan Diplodonner, “Dia adalah kunci untuk tujuan akhirku… Tidak akan kubiarkan kalian menghentikan wanita itu.”

 

Genoranger perak itu lalu maju menyerang mereka.

 

******

 

Judd terbangun di suatu ruangan remang, terbaring di atas sebuah kasur. Dia membuka matanya, pikirannya masih berkabut, pandangannya buram. Dia pun mengenali ruangan ini dengan segera; ruang tidur milik karyawan Natales yang berada di lantai dua.

 

“Judd, kamu sudah bangun?”

 

Judd menengok, Darwin duduk di sebuah kursi di sampingnya.

 

“Darwin...,” kata Judd.

 

“Jen sudah menceritakan semuanya kepadaku,” kata Darwin, “Soal Genoranger perak, dan dua Genoranger yang berbeda itu. Menarik, menarik... Banyak sekali hal menarik yang muncul belakangan ini...”

 

“Ada sesuatu yang kau ingin bicarakan?” tanya Judd, “Tidak biasanya kau bertele-tele.”

 

Darwin menatap Judd dengan sedih, “Judd… Ibumu…”

 

Mulut Judd ternganga, air matanya jatuh ketika dia mendengar ibunya sudah tiada, akhirnya terkalahkan dalam perjuangannya melawan penyakit mematikan itu.

 

******

© 2020 by Genoranger id

  • Grey Instagram Icon
  • Grey Facebook Icon
bottom of page